JAGA DI KANTOR KOSONG
By. Kang Asep hidayat
#Nyata
Assalamualaikum, salam sejahtera buat semua sahabat kang Asep Hidayat dimanapun berada, apakabarnya?
Yaaah semoga sehat selalu, serta sukses dalam segala hal. Amiiin
Baik kali ini saya akan bercerita, kisah yang saya alami ketika piket kemarin, semoga berkenan dan inilah selengkapnya.
BISMILAHIRROHMANIRROHIM
Dipagi
yang cerah aku duduk diteras depan rumah, pagi itu sedikit santai,
karena hari kamis tanggal 11 Maret 2021 adalah tanggal merah, tentunya
semua libur tidak masuk kantor,
Sambil minum teh hangat yang dibuatkan istriku,
"Dek, tolong ambilkan hp ayah nak, di kamar",
Seruku kepada Alya untuk mengambilkan hpku yang berada dikamar.
"Iya yah",
Jawab putri kecilku, lalu iapun mengantarkan hp kepadaku.
Akupun kemudian membuka aplikasi wa, karena sedari kemarin tidak membuka wa, takutnya ada perintah atau kabar dari kantor.
Singkat cerita, setelah aku buka aplikasi wa, lalu mengklik group kantor, dan benar
Saja,
ada surat perintah dari pimpinan untukku, sungguh merasa kesal, namun
bagaimana lagi, sebagai anggota, harus siap kapan saja.
Aku
mendapat perintah untuk melaksanakan jaga, bekas kantor lama, yang
hampir setahun kosong, karena pimpinan mendapat laporan dari masyarakat
bahwa area perkantoran lama dimasuki oleh para pencuri, dan mengabil
barang-barang yang masih tertinggal dikantor lama itu.
Singkat
cerita, akupun berangkat ke tujuan, dengan menguatkan hati, karena
menurutku sesuatu hal yang wajar jika saat itu ada rasa mengganjal di
hati, walau aku faham akan segala resiko sebagai anggota.
Setibanya di kantor lama, terlihat fisik serta bangunan dari luar, begitu kotor,
Tidak terawat, rumput liar mulai merambat dibeberapa bagian,
Setelah aku parkirkan kendaraan akupun berjalan menuju bekas penjagaan,
Kusapukan pandangan mataku ke segala arah yang terjangkau oleh mataku.
Terasa sangat sepi, yaaah selain memang kantor itu hampir setahun kosong, di sekitar kantor itupun tak ada pemukiman penduduk,
"Kalau kondisi kantor seperti ini, lalu aku mau duduk dimana dan istirahat dimana nih" fikirku.
Aku merasa bingung, bagaimana tidak, tidak ada kursi, tak ada listrik juga tidak ada air.
Aku hanya bisa menghela nafas berat.
Kemudian
aku memutuskan untuk mengecek situasi Mako terlebih dahulu, aku
melangkah berkeliling kantor, benar saja, aku melihat ada beberapa
bagian kantor yang hancur,
bagian kantor yang hancur atau rusak
bukan karena dimakan usia, melainkan bangunan itu dibongkar pencuri,
atapnya dicuri, pintu dan jendelapun habis diangkatnya. Hingga atap
mushollapun di bongkarnya,
Astaghfirulloh,
terbuat dari apa
hati mereka ini, sampai hati mencuri atap musholla, semoga menjadi
penyesalan dalam hidupnya, dengan demikianpencuri itu bertobat.
Aku foto, kerusakan pada beberapa bangunan untuk aku kirim laporan kepada pimpinan, bahwa benar adanya info dari masyarakat.
Setelah
itu, akupun kembali ke penjagaan, dan membersihkan penjagaan dengan
peralatan seadanya, agar aku lebih nyaman ketika berjaga disana.
Singkat
cerita, setelah membersihkan penjagaan, aku duduk dilantai penjagaan
yang telah dibersihkan, aku mencoba menghubungi tehnisi yang biasa
memperbaiki segala sesuatu kelistrikan dikantor, untuk memperbaiki
jaringan listrik disini yang sudah dirusak oleh pencuri. Alhamdulillah
tehnisi itupun bersedia datang untuk memperbaikinya.
Sekira jam 3 sore tehnisipun datang, dengan membawa mesin air sekalian,
Sambil bekerja mereka mengajak aku mengobrol,
"Serius bapak mau berjaga disini sendiri?"
Tanyanya kepadaku. mendengar pertanyaannya, tentu saja aku sedikit heran, walau aku mengerti maksud dari pertanyaannya itu.
"Hahahaha, yakin gak yakin, ya harus saya laksanakan, namanya juga sudah perintah, emangnya kenapa nanya seperti itu?"
"Nggak ada pak, cuma jangankan malam, siang saja mereka sudah muncul pak",
Ujarnya, sambil matanya melirik ke gedung aula yang berada didepan pos jaga sebelah kiri.
"Udah jangan bahas masalah itu, nanti kamu saya borgol disini sekalian biar gak bisa balik, hahaha"
Jawabku
sembari tertawa, dan diapun ikutan tertawa. Tapi dasar konyol dia malah
terus bercerita tentang pengalaman mistisnya di area kantor itu disaat
ia memperbaiki kelistrikan pada malam hari.
Hmmm, akupun
sebenarnya sudah tau, tapi bagaimana lagi, jujur saja sedari tadi akupun
sudah merasakan ada beberapa pasang mata yang tengah memperhatikanku,
dari jendela-jendela ruang kosong, demikian hatiku berkata.
Selepas
waktu sholat fardu Maghrib, perbaikan listrik dan pemasangan mesin
airpun sudah selesai, Alhamdulillah lumayan terang, walau tidak semua
bisa hidup lampunya, karena ada beberapa gedung yang tidak bisa
diaktifkan lagi lampunya, karena jaringan kabelnya sudah tidak ada,
yaaah diambil pencuri.
Setelah selesai semuanya, tehnisi itupun
tidak langsung pulang, ia mengobrol dan istirahat terlebih dahulu,
sambil makan dan ngopi, karena tadi aku sempat pesan makan melalui
gojek, disaat tengah mengobrol, tiba-tiba saja hpku berdering, tanda ada
panggilan, kulihat dilayar hp ternyata om Wawan, adik istriku, aku
biasa memanggilnya oom, untuk membiasakan anak-anakku.
"Assalamualaikum, ada apa om?"
Aku
angkat dan kubertanya, ada perlu apa, singkat cerita, ia pulang dari
kampus, yang kebetulan om Wawan lepas kuliah, dan kuliahnya di kampus
lancang kuning, tentunya sangat dekat dengan kantor itu, om Wawan
mengatakan ia akan singgah dan menemaniku berjaga.
Tak lama berselang, om Wawanpun datang, lumayan lega hatiku, karena malam ini tidak jadi sepi dan sendiri, fikirku.
Setelah om Wawan tiba, tehnisi listrikpun berpamitan pulang, dan tinggalah aku dan adikku om Wawan.
Tanpa
terasa waktu terus berjalan, suasana malam itu terasa semakin dingin
dan sunyi, kendaraan yang melintas di jalanan pun semakin jarang, aku
dan om Wawan duduk diteras penjagaan sambil mengobrol.
Kulihat
kesekeliling area perkantoran hanya kegelapan yang terlihat begitu
pekat, ditambah lagi dengan gerimis turun sedari sore tadi. Saat itu om
Wawan hanya diam tertunduk, tatapan matanya terus tertuju pada layar
hpnya.
"Om, kita patroli yok",
Ajakku ke om Wawan, untuk berkeliling ke lokasi kantor.
"Patroli kemana A?"
Jawabnya, dengan suara terdengar ada keraguan serta terlihat dari raut wajahnya ada kecemasan.
"Yaaa keliling kantor sini om, siapa tau pencuri itu diam-diam masuk lagi",
Jawabaku
kepadanya, sembari aku mulai melangkah meninggalkan pos jaga. Melihat
aku berjalan, terlihat om Wawan langsung beranjak dan mengikutiku, tanpa
bertanya ini dan itu lagi.
Tanpa terasa langkah kaki
menghantarkan kami hingga di ujung area perkantoran, diarea itu sudah
pasti hanya remang-remang, karena minimnya pencahayaan, tiba-tiba saja,
aku melihat kelebatan hitam dengan cepat ia bergerak dari gedung yang
betingkat menuju kearah sudut lokasi itu, secara spontan aku berteriak,
"Heeeey, jangan lari", ......
Teriakku
kepada seseorang yang kulihat bayangan hitam itu, namun sosok itu tak
mengindahkan ku, ia terus berlari, hingga tak terlihat lagi olehku,
karena gelapnya ditempat itu.
Melihat hal itu aku segera
mengeluarkan senpi dari pinggangku, untuk berjaga-jaga, siapa tahu itu
pencuri atau penjahat, fikirku.
"Ayok om kita kejar, masih berani rupanya pencuri itu",
Ujarku kepada om Wawan, mengaja untuk mengejar sosok yang melarikan diri tadi.
Aku
berlari mengejar sosok itu, hingga aku berada di belakang bekas barak
yang paling ujung, setibanya ditempat itu, dengan waspada penuh, aku
mengamati disekelilingnya, hening, dan remang cahaya,
Grussaaak,
Aku
dikagetkan dengan suara gemeresek dari arah sebelah kiriku, reflek aku
palingkan mukaku, serta kuarahkan dengan pasti mataku ke sumber suara,
senpi aku genggam erat ditangan, dan aku siap untuk menembak jika
tiba-tiba saja ada yang menyerangku.
Deeeeght,
Dadaku berdebar
hebat, ketika aku menoleh ke kiri, dan yang kulihat sebatang pohon
nangka yang besar dan tinggi serta daunnya rimbun, hingga tak terlihat
lagi dahannya.
Disaat itu, aku teringat dengan kejadian beberapa
tahun yang lalu dipohon nangka itu, aku melihat sosok tinggi besar
hitam, yang membuat seniorku pingsan disini, namun aku berusaha
menguatkan hati, dan aku masih berfikir pencuri itu mungkin bersembunyi
di atas pohon nangka itu.
"Om, hidupkan centernya, dan arahkan keatas pohon itu",
Perintahku
ke om Wawan, yang akupun baru teringat kalau om Wawan sedari tadi
memegangi senter, tapi kenapa kok hanya dibawa tidak dihidupkan sedari
tadi, mungkin saking ketakutan sehingga ia lupa menghidupkan senter,
fikirku.
Om Wawanpun mengkidupkan senternya, seketika diarea itu
lumayan menjadi terang, lalu ia melangkah kebawah pohon nangka untuk
menyorotkan cahaya senternya ke bagian atas pohon, aku arahkan
pandanganku ke setiap dahannya hingga ke ujung, namun pandangan mataku
sedikit terganggu, karena cahaya senter itu terlihat bergoyang tidak
tenang, hemmm, ternyata tangan yang tengah memegang senter itu
menggigil,
"Om, jangan goyang megang senternya, arahkan ke kanan sedikit", Bisikku kepadanya.
Deeght,
Kembali
jantungku berdetak hebat, karena aku melihat sesuatu yang tak asing
dimataku. Dengan perlahan aku melangkah mundur, sambil menarik kaosnya
om Wawan, untuk keluar dan menjauhi pohon nangka itu.
"Ayok om, kita kepenjagaan lagi, Bisikku".
Aku melangkah meninggalkan pohon itu yang diikuti om Wawan dibelakangku, dan baru saja beberapa langkah,
Grussaaakh,
Hahahaha .....
Kembali aku mendengar suara gemeresek dari arah pohon itu, bahkan, kini diiringi suara tawa yang membuat bergidik ngeri.
"A...siapa itu yang tertawa A",
Dengan suara bergetar om Wawan bertanya kepadaku.
"Sudah biarin saja, jangan dilihat",
Jawabku kepadanya sambil terus melangkah dengan cepat meninggalkan tempat sial itu.
Setibanya
dipenjagaan, dengan nafas masih memburu aku dan om Wawan duduk diteras
penjagaan, aku berusaha untuk bersikap tenang, karena jika aku tidak
tenang, takutnya om Wawan semakin ketakutan, karena saat ini saja ia
sudah terlihat pucat pasi, memegang botol aku ketika hendak minum saja
gemetaran, hingga banyak air yang tertumpah, fikirku.
"A, yang tadi itu apa A?"
Tiba-tiba saja om Wawan bertanya kepadaku.
"Nggak ada apap-apa om, itu orang gila, yang biasa masuk sini, dan dia suka dipohon itu",
Jawabku
sekenanya dan tentunya aku berbohong, yang sebenarnya aku dipohon
nangka itu melihat sosok genderewo, tengah duduk di dahan sebelah kanan,
dengan kaki menjuntai kebawah, beruntung saat itu aku tidak melihat
mukanya, yaaah itu mahluk yang pernah kulihat disaat berpatroli Mako
dengan seniorku disana, bahkan seniorku itu pingsan dibawah pohon itu.
Seperti yang telah dikisahkan dicerita yang berjudul
(PURA-PURA INDIGO).
Singkat
cerita, malam itu terasa menjadi malam yang sangat panjang bagi om
Wawan, mungkin ia belum terbiasa dengan hal-hal mistis, dan akupun
bersyukur, saat di pohon nangka ia tidak melihat keberadaannya genderewo
itu.
Jujur saat itu akupun merasa sedikit takut, namun aku terus
berdoa memohon perlindunganNya, akupun menyarankan kepada om Wawan
untuk istirahat.
Tak lama berselang, terdengar om Wawan sudah tidur dan terlelap.
Sesaat
dadaku kembali berdebar, aku sapukan pandanganku ke sekeliling
penjagaan, karena tiba-tiba saja aku mencium aroma wangi pandan, dan
ketika tanpa sengaja ekor mataku melirik ke sebelah kanan, aku melihat
bayangan putih berdiri dibawah pohon mangga, yaaah dialah Bu'de suci,
yang selalu tak jauh dariku.
Dan aku sudah faham kapan saja ia datang menampakkan diri kepadaku, yaitu disaat ia tau jika aku akan ada yang mengganggu.
Singkat cerita, paginya jam delapan, aku serah terima dengan petugas jaga baru, kemudian aku dan om Wawanpun pulang.
S E L E S A I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar