DENDAM GADIS DI TAMBANG BATU
Hari semakin larut namun Sutarman masih sibuk dengan batu batunya, hari ini hari pertama Sutarman kerja sebagai supir truk pengangkut batu galian, teman teman yang lainnya tidak ada yang mau menemani Sutarman bekerja malam ini, karena nanggung Sutarman pikir bereskan sajalah satu truk ini, setelah penuh langsung antar dan selesai dia bisa pulang bertemu dengan istri tercintanya dan si jabang bayi nya.
Sutarman sebelumnya bekerja sebagai Supir seorang Pejabat Tinggi di daerahnya, namun beberapa hari yang lalu Sang Majikan tertangkap tangan KPK saat melakukan transaksi bawah tangan dengan seorang Pengusaha terkenal di Negeri ini, sehingga kasus kasus sebelumnya pun terkuak dengan sendirinya, alhasil Sang Pejabat Tinggi masuklah kedalam Hotel Prodeo dengan semua Asetnya menjadi milik Negara, begitupun nasib Sutarman yang jungkir balik, dari seorang yang berpenghasilan lumayan besar untuk ukuran di kampungnya, menjadi seorang pengangguran, dari seorang Supir Pejabat sekarang malah jadi Supir truk pengangkut batu galian.
Sutarman menyeka keringat yang mengucur deras di wajahnya dengan handuk kecil yang di gantungkan di pundaknya, lalu tiba tiba “Bang, aku bantu yaa angkut batunya, bayarnya biasa aja bang, seperti abang bayar buruh siang hari, aku soalnya lagi butuh banget bang” terdengar suara perempuan di belakang Sutarman yang otomatis membuat dia terlonjak kaget, Sutarman menoleh kebelakang dengan cepat. Sutarman memandang wanita itu dari ujung kepala sampai ujung kaki “Sepertinya wanita ini memang manusia, kakinya menginjak tanah kok” bathin Sutarman lega.
“Memang kamu sudah biasa ya jadi kuli panggul batu disini? Tanya Sutarman pada wanita itu “Udah biasa bang, abang baru yaa bang? Saya tiap hari juga kerja di sini bang” jawab wanita itu, Sutarman memperhatikan lagi wanita ini sekali lagi seakan tidak percaya kalau wanita berparas jelita ini terbiasa dengan pekerjaan kasar, usianya paling baru menginjak antara duapuluh satu atau duapuluh duaan, kulitnya kuning langsat seperti tak pernah terbakar terik matahari siang, sepertinya jari jari lentik itubpun tak pernah di pakai untuk bekerja
“Saya Sutarman, mbaknya siapa? Ujar Sutarman sambil menyodorkan tangannya untuk berkenalan dan sebenarnya ingin meyakinkan kalau wanita ini benar benar pekerja kuli kasar atau bukan, “Sumarni Bang panggil aja Marni” jawab Marni seraya menyambut jabatan tangan Sutarman. Sutaraman sedikit kaget dan sedikit merinding bulu kuduknya, tangan Marni Halus namun kok dingin sekali seperti sedang memegang es. “Mungkin malam ini dingin sekali, apalagi Marni hanya menggunakan kebaya usang dan selembar kain sebagai penutup bawahnya, itupun hanya sampai lutut, semakin jelas kalo Marni bukan pekerja di tambang ini, jangan jangan…? Aaahh mana mungkin ada setan ini kan palingan baru jam sepuluhan” bathin Sutarman antara ragu, sedikit takut dan mencoba membenarkan logikanya.
Pada akhirnya Sutarman pun memutuskan untuk berseedia di bantu Marni, pikirnya lumayan kerjaan akan lebih cepat kalau ada yang bantu, Marni bekerja luar biasa , dia cekatan dan sepertinya dia tidak merasakan berat saat keranjang yang berisi tumpukan batu ia panggul di atas kepalanya, Marni tidak banya bicara selama bekerja, dan yang membuat Sutarman makin heran Marni tidak terlihat lelah, walau terlihat tetesan keringat mengalir dari kening dan lehernya, darah laki laki Sutarman bergejolak melihat pemandangan yang luar biasa saat, Marni membungkuk dan mengangkat keranjang tumpukan batu, namun Sutarman redam sekuat tenaga, dia ingatkan diri sendiri, di rumah Istri tercintanya menanti.
Setelah dua jam berlalu, akhirnya Truk Sutarman terisi penuh, Sutarman memberikan upah kepada Marni sesuai kesepakatan “Bang boleh numpang Sampai ke belokan pertama menuju kampung? Soalnya aku takut bang ini udah tengah malam” pinta Marni, Sutarman merasa kasihan dan sebenarnya senang juga, jadi dia tidak sendirian saat melewati Hutan yang menghubungkan antara gunung batu dan kampungnya, dan hutan ini terkenal angker sekali. “ya udah ayoo naiklah” jawab sutarman. Saat di dalam truk Marni mulai menggoda Sutarman, Marni membuka satu kancing kebayanya lalu meminjam handuk Sutarman dan mulai melap keringat di muka, leher dan bagian depan tubuhnya, Sutarman sudah tidak bisa membendung lagi Hasratnya, dengan jelas dia memperlihatkan keinginannya di depan Marni, Marni pun seperti menyambut Hasrat Sutarman dengan senyuman nakal nan menggoda dan Hal yang paling di kutuk Bumi dan langit pun terjadi.
Jam menunjukan pukul dua saat Suratman sampai ke rumah, saat sang Istri membukakan pintu “Astaghfirulloh... bang kok bau kamboja sih bang, abang abis nganterin batu kemana? ayo bang neng pasakin air panas buat mandi, aku kok jadi takut bang” ujar istrinya merasa aneh dan takut saat tercium bunga kamboja dari tubuh suaminya. Sutarman tak menjawab, dia Hanya melengos masuk kamar dan tertidur. Istrinya jelas merasa aneh, karena tak seperti biasanya suami tercintanya mendiamkannya begitu saja.
Pagi menjelang, tanpa banyak bicara Sutarman ganti baju lalu berangkat menuju mobil truk nya, “Bang kok langsung berangkat ? gak mandi apalagi sarapan bang...” sahut istrinya keheranan, dan yang membuat istrinya semakin merasa aneh, Sutarman tidak menjawab dia hanya memandang sinis pada sang istri lalu berlalu dengan truknya.
Penambangan batu mulai ramai, beberapa truk berjajar di tempat parkiran antri untuk menunggu giliran muat batu ke truk mereka, sementara para Supir memenuhi beberapa warung kopi yang ada di tambang galian batu itu, Sutarman mendapat antrian pertama karena Dia datang lebih awal. Truk nya bertengger di sisi tebing sementara Sutarman berada di atas tebing bersama beberapa penggali dan kuli panggul yang biasa bekerja di tambang itu, tanpa di duga dan di ketahui orang lain Sutarman mendorong salah satu penggali batu itu hingga terjerembab dan langsung terjun bebas dari ketingginan puluhan meter dan langsung mendarat dengan kepala pecah, semua yang berada di area tambang itu terkejut, “Ada orang jatuuuh...” teriak sutarman tanpa dosa, pagi itupun tambang ramai, polisi pun datang untuk olah TKP dan Sutarmanpun dengan lancar menjelaskan kronologis kejadian.
Hari beranjak Siang kegiatan di tambang itu tetap berlanjut walau sempat terhenti, kasus selesai dengan keterangan kecelakaan saat kerja. Sutarman membawa truknya menuju parkir dan saat depan sebuah warung kopi Mbah Tejo, truk bukannya berhenti malah Sutarman tancap gas, Alhasil beberapa orang yang sedang berada di warung terlindas termasuk Mbah Tejo harus merenggang nyawa dengan tubuh bagian bawah hancur tergencet depan truk, Sutarman kabur memasuki Hutan karena di kejar beberapa pekerja tambang dan supir truk yang lainnya, salah satunya Parmin, dia adalah salah datu supir Jawara di Tambang Galian Batu itu, badannya tegap kulit hitam legam dengan kumis melintang menambah keseramannya, tidak ada yang berani menantang dia, dan Parmin adalah sahabatnya Mbah Tejo makanya dia Sangat murka sama Sutarman. Parmin lari mengejar dan terus merangsek masuk ke dalam hutan walau teman teman yang lainnya tak ada yang berani karena hutan ini terkenal angker sekali. Lari Parmin terhenti di saat melihat Sutarman tergeletak di antara semak semak dekat pohon hutan yang sangat besar, tidak ada bekas luka atau benturan, Parmin perlahan menghampiri dan tiba tiba... “Apa kabar mas parmin? Masih ingat sam sayaaa...” satu suara perempuan terdengar tepat di telinganya, harum bunga kamboja santer tercium, bulu kuduknya mulai meremang “Siapaa kamu? Woooi tunjukan dirimu wanita laknat!! Hardik Parmin sambil mencari berkeliling, “Marni disiniiii maas... masih ingaat dengan nama itu? Bisikan atau mungkin desahan halus Marni persis di belakang telinga Parmin, yang membuatnya meloncat karena rasa kaget dan terjatuh terjerembab ke depan persis sebelah Sutarman, “Kamu kan sudah mati..!! mau apa kamu? Hardik Parmin antara ketakutan dan panik, dia tahu nasibnya akan sama seperti sahabatnya Mbah Tejo. “Ooh... sampeyan sudah tahukan mas siapa aku” ujar Marni sambil melayang menghampiri Parmin yang semakin ketakutan dan merasa jijik melihat wajah hancur Marni, dengan belatung belatung yang menempel di pipinya yang sobek menganga, matanya merah dan hampir keluar dari kelopaknya, rambut panjang dan acak acakan tak mampu menutupi rekahan di kepalanya, baju kebayanya yang sudah lusuh dan camping, tonjolan tonjolan tulang di tubuh dan lengannya jelas terlihat, di tambah bau kemboja dan bau anyir darah membuat Parmin mual dan merasa ngeri. “Ampuuunn.... maafkan saya Marni tolooong jangan bunuh saya...” teriak Parmin memohon dan memelas pada Marni “Hii...hiii...hii.. bukan saya yang akan bunuh kamu mas, karena saya tidak akan mampu menyentuh mu tapi...” setelah berbicara tiba tiba Marni menghilang, dan.... Satu hantaman batu telak mengenai bagian belakang kepala Parmin “Aaaaarggh..!! a...apa.. yang ka... kau.. laku..kaan ja..ha..naam!! maki Parmin terbata, Sutarman dengan membabi buta menghantamkan kembali batu yang di pegangnya berkali kali ke kepala Parmin hingga hancur dan Parmin menggelepar sesaat lalu tak bergerak lagi. Marni tertawa dan keluar dari tubuh Sutarman dan menghilang. Sutarman bingung dan kaget ketika dia tersadar tubuhnya menduduki tubuh Parmin yang berlumur darah di kepalanya, Dia segera lempar batu yang penuh dengan darahnya Parmin, Sutarman segera bangkit dan hendak melarikan diri,
“DOORR...” suara letusan senjata terdengar “Polisi..!! jangan bergerak!!! Atau kami tembak” satu seruan terdengar dan “Bukan saya pak pembunuhnya... bukan saya!! Teriak Sutarman Panik, dengan sigap dua orang Polisi meringkus Sutarman “Semua pembelaan dan penjelasan bisa di jelaskan di kantor” ujar salah satu polisi tegas.
Tengah malam, di balik jeruji Sutarman sangat kebingungan, apa yang terjadi, kenapa dia tiba tiba menjadi tersangka atas pembunuhan berantai, sementara dia tidak merasa melakukannya. Seingat dia semalam setelah mengantar Marni sampai rumahnya Dia pulang dan langsung terlelap, setelah itu dia tidak ingat apapun, dia duduk di pinggir ranjang penjara, kedua tangannya memegangi kepalanya yang terasa pening.
“Halo bang... abang pasti bingung yaa? Tiba tiba ada satu suara yang tak asing bagi Sutarman di sebelahnya, saking kagetnya Sutarman sampai terjatuh kelantai, “sini bang Marni jelasin” lanjut Marni sambil tersenyum santai “Aku dulu semasih hidup, kabur dari rumah bang karena mau di nikahkan dengan Bandot Tua, aku tak mau dan akhirnya saya memilih untuk kabur bang, sampailah saya di tambang batu itu, dengan memohon saya di izinkan kerja di warungnya Mbah Tejo jahanam itu, singkat waktu pada suatu malam bang, Parmin dan anak buahnya datang untuk mengajak Mbah Tejo minum minum tuak dan disuruhnya lah saya buat menuangkan tuak itu, semakin larut mereka semakin mabuk dan mulai berani kurang ajar sama saya, saya melawan bang namun apalah daya seorang gadis melawan lima orang laki laki bejad yang sudah sangat bernafsu, dan saya pun di perkosa, setelah mereka puas berkali kali perkosa saya, di suruhlah anak buahnya yang tiga orang untuk membuang saya ke hutan, di tengah perjalanan saya di paksa kembali untuk melayani nafsu bejad mereka, dengan sisa tenaga saya meronta bang, tetapi salah satu dari mereka malah memukul saya dengan keras menggunakan batang pohon kamboja hingga hancur kepala saya bang, makanya hari ini saya senang, dendamku sudah terbayar” senyuman puas Marni mengakhiri ceritanya “kamu kan dendamnya sama mereka! Kenapa harus melibatkan saya?" Sutarman berteriak marah.
“HA..HAA..HAA...!! kamu juga terlibat Sutarman! Saat kamu lihat saya di perkosa kenapa kamu malah pergi meninggalkan saya yang memohon pertolonganmu? Karena kamu saya mati dengan terhina, kamupun harus menderita” ucap Marni lalu menghilang...
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar