TERSESAT
Perjalanan mau pulang ke desa. Karena ada acara keponakan mau nikahan. Mobil melaju sangat kencang, kebetulan aku memang suka duduk di jok paling belakang, karena suka melihat pemandangan dan berfoto-foto apa saja yang dilewati.
Mau masuk dalam hutan, mobil tiba-tiba saja sedikit oleng. Aku tersentak kaget dan melihat kedepan.
"Ada apa mang? Seperti nabrak sesuatu yah?"
Kebetulan mamang yang nyopir, hanya diam dan mulutnya terus komat Kamit seperti membaca sesuatu dalam hati.
"Berhenti dulu saja mang, kita cek tadi apa yah?"
"Gak usah mbak, kita lanjutkan saja, tadi cuma ada yang lewat saja kok"
"Ya sudah, kalau ngantuk istirahat dulu mang, kita cari masjid."
"Tanggung mbak, takut kemalaman nanti kalau masuk kehutan."
"Iya deh, terserah."
Mobil melaju lagi, dan mulai masuk hutan pas terdengar suara adzan Maghrib. Gelap. Hanya ada beberapa mobil yang simpangan. Aku merasa ada sesuatu yang mengikuti dibelakang. Karena penasaran, aku menengok kebelakang.
Degg!
Rupanya ada pocong yang mengikuti. Pocong itu seperti terbang melayang pas dibelakang mobil yang aku naiki. Aku hanya diam. Kalau aku kasih tau mamang pasti dia akan ketakutan. Ya sudah aku biarkan saja pocong itu terus mengikuti.
Iseng, aku mau ambil foto sipocong diam-diam, eh! Rupanya dia tau kalau mau diambil fotonya. Tiap kali aku arahkan kamera ponselku selalu sipocong menghilang.
Pocong itu berwajah hampir hancur.
Kedua bola matanya kelihatan putih dan keluar dengan lelehan, hidungnya sudah kelihatan tulang sedikit dan bolong. Ada belatung dan seperti lengket-lengket gitu.
Sayangnya aku gak bisa lihat lebih jelas, pocong laki apa pocong perempuan.
Ciiiiiiit!
Mobil mendadak direm, aku hampir terpental, untung saja cepat pegangan, karena aku posisi tiduran dijok belakang. Lalu aku bangun, dan mobil berhenti ditengah hutan.
"Ada apa mang?"
"Ada putih-putih lewat mendadak mbak, untung saja gak ketabrak!"
"Putih-putih apa mang?"
"Gak apa-apa kok mbak, bismillah! kita lanjut lagi ya mbak?"
"Iya mang, jangan berhenti didalam hutan!"
Aku melihat pocong itu sudah ada didepan, pinggir seberang kanan.
Sialan! Dasar pocong! Umpatku dalam hati.
"Mang, keluar dari hutan masih lama?" Tanyaku sama mamang yang mulutnya masih terus komat Kamit membaca sesuatu itu.
"Sebentar lagi kok mbak, nanti begitu keluar dari sini, kita langsung cari masjid, kita sholat dulu."
"Iya mang, sepertinya ada kabut turun ya mang?"
"Iya, lampu kabut sudah aku nyalakan mbak."
Sudah hampir satu jam, kita terus saja muter-muter kedalam hutan, padahal perkiraan mamang, sejak mobil direm mendadak tadi, paling cuma sepuluh menit lagi keluar dari hutan.
"Mang? Kenapa lama yah? Biasanya juga lewat hutan ini cuma sebentar kan?"
"Aku juga merasa, kita dari tadi cuma muter-muter dihutan mbak, gimana ini?"
"Berhenti sebentar mang! Itu disebelah kanan jalan ada rumah, kita tanya dulu."
"Mana mbak? Gak ada apa-apa kok!"
"Ada, biar aku saja yang tanya."
Mobil berhenti tepat didepan rumah sederhana, yang ada didalam hutan. Rumah yang cuma ada satu lampu minyak kecil itu, aku dekati. Ada seorang kakek yang mengenakan jubah putih itu sedang duduk bersila, menghadap kiblat, sepertinya kakek itu baru saja selesai sholat.
"Assalamu'alaikum, Mbah.."
Kakek itu terkejut dan langsung menengok kearah ku, dan berdiri mengambil lampu minyak yang diarahkan kewajahku.
"Wa'alaikumsalam, anak ini siapa? Kenapa bisa sampai ditempat ini?"
"Maaf Mbah, saya mengganggu, saya ini mau mencari masjid, apa didekat sini ada masjid Mbah?"
"Lurus saja nak, jangan sampai menengok kebelakang, kalau bisa, cepatlah nak!"
"Baik Mbah, Terima kasih banyak."
Dengan cepat, aku berjalan dan masuk kedalam mobil. Mamang yang bengong melihatku, langsung aku senggol pundaknya.
"Mang! Kita jalan lurus saja! Mamang jangan menengok kebelakang yah, cepat dikit mang!"
Tanpa menjawabku, mamang tancap gas, aku terus membaca ayat-ayat Al-Qur'an dengan keras, dan mamang juga berdzikir dalam hati, tampak wajah mamang pucat, entah karena apa.
Alhamdulillah tak lama, sudah terlihat lampu-lampu didepan, sepertinya sebentar lagi akan keluar dari hutan ini. Sedangkan pocong itu sudah mulai tertinggal jauh dibelakang. Aku tak berani melihat kebelakang, sebelum keluar dari hutan ini.
Mobil sudah keluar dari hutan. Kita berhenti dimasjid dan langsung sholat. Setelah sholat, wajah mamang sudah tidak kelihatan pucat lagi.
"Mang, kita langsung saja yah, ibu sudah khawatir dan menunggu dari tadi."
Didalam perjalanan ibu mertua sudah wa dan telpon, beberapa kali.
Satu jam kemudian, kita sudah sampai dirumah ibu mertua.
Disambut dengan pelukan dan tangisan, maklum, lebaran kemarin gak pulang karena pandemi.
"Nduk, katanya tadi sudah mau sampai, kok lama, ponsel juga mati, kamu ndak apa-apa kan nduk?"
"Alhamdulillah gak apa-apa buk, tadi cuma macet dijalan dan gak ada sinyal."
"Ya sudah, tidur dikamar depan ya nduk, sudah ibuk tatakan dan sediakan semuanya."
"Iya buk, aku mau mandi dulu ya buk."
"Handuk sudah ibuk taruh dikamar nduk, sama sarung yang buat sholat."
"Iya buk, terima kasih."
Aku masuk kedalam, langsung mencium aroma melati. Ibuk mertuaku memang sudah hafal betul kesukaanku. Kasur sudah tertata dengan apik, lengkap bertaburan bunga melati.
"Buk, ini kamar pengantin apa kamar buatku hehehehe"
"Itu buat pengantin lawas nduk heheh"
Pagi-pagi aku sudah dipanggil kan tukang pijit lulur, dan dihenna tangan dan kakiku.
Selama tiga hari berada dirumah ibu mertua, seperti biasa, aku tidak boleh memegang pekerjaan rumah sedikitpun. Itu yang membuatku tidak betah dirumah ibu mertua.
Maafkan aku ibuk.
Fiksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar