TEROR POTONGAN TANGAN
Perjalanan panjang menuju kampung halaman kulalui dengan sepeda motor, ini sangat aku sukai semilir AC alam kurasakan hujan dan panaspun jadi teman.
Saat di daerah Indramayu kecepatanpun aku tambahkan tapi di Simpang tiga itu dengan jelas aku melihat tabrakan beruntun dan untuk menghindari itu aku banting stang motor ke kiri dan tak sengaja menggilas potongan tangan korban kecelakaan beruntun itu.
Aku kembali melanjutkan perjalanan karena kebetulan tak ada luka ditubuhku dan motorpun dalam keadaan baik baik saja, hingga aku harus beristirahat di pom bensin selain lapar dan lelah aku juga harus mengistirahatkan motorku.
Aku tiduran di teras masjid bersama dengan para pemudik lainnya meski gak banyak, tapi aku lihat disitu ada yang ikut tabrakan beruntun juga, tapi biarlah dia sudah terlelap.
Antara tidur dan tidak tak sengaja aku melihat telapak tangan yang terputus dari tangannya merangkak berjalan dengan jemari tangannya menuju orang di sebelahku.
Tangan itu perlahan menuju leher orang itu dan tiba tiba mencekik orang itu, sesaat tubuh orang itu kelojotan aku sendiri mau teriak tak bisa jangankan minta tolong bergerakpun badanku berasa kaku, aku melihat tubuh di sebelahku tiba tiba mengejang cekikan itu tak jua di lepaskan sampai tubuh itu tak bergerak.
Aku terbangun saat si istri korban itu berteriak histeris melihat jasad suaminya yang tak bergerak lagi, nafasku memburu rasa takut itu tiba tiba menderaku.
Saat itu juga aku bergegas menuju motorku dan terus melaju menuju arah pulang tapi naas aku lupa membeli bahan bakar di pom bensin tadi hingga harus berhenti lagi di pom bensin lainnya perutkupun tak bisa kompromi menagih untuk segera diisi?
Setelah isi bensin aku parkirkan motor di depan warung nasi dekat pom bensin tersebut saat hampir menyuap makanan, aku kembali melihat potongan tangan itu bergerak menuju arahku sontak aku bangun dan berdiri dikursi pengunjung lain saat sadar ada potongan tangan yang bergerak sendiri lari keluar dengan teriakan yang keras sekali.
Saat semua ketakutan aku melompat dari kursi tadi dan berlari kearah motor, masabodoh dengan makanan dan perut lapar hingga akhirnya aku sampai di kampung halaman.
Rumahku sepi tak ada sanak saudara ternyata mereka menghadiri undangan di Bandung, aku mandi dan memutuskan untuk langsung tidur.
Tapi belum terlelap dari tidur aku melihat potongan tangan itu bergerak kearahku aku lempar dengan yang bisa kuraih tapi potongan tangan itu tak berhenti aku terpojok kearah dinding kamar.
Potongan tangan itu mulai mendekat rasa takut meraja badanku kaku tak bisa bergerak.
Potongan tangan itu semakin dekat akhirnya aku beranikan diri untuk menepisnya tapi naas potongan tangan itu memegang erat tanganku meski aku libas kibaskan tak bisa aku lepaskan.
Aku berteriak minta tolong tapi tak satupun yang datang potongan tangan itu bergerak terus menuju leherku, ku coba menepiskan dengan kedua tanganku tapi tangan itu seolah menempel ditubuhku.
Potongan tangan itu terus bergerak mendekat dan sampailah ke leherku dan mencekikku, aku mencoba melepaskan tangan itu sekuat tenaga tapi tak mampu, nafasku mulai tersengal mataku melotot antara takut mati dan takut melihat potongan tangan itu, badanku bergerak hebat karena kekurangan oksigen yang mendadak tersumbat.
Tiba tiba datang kakekku dan mengambil tangan itu dengan mudahnya dan kakek berjibaku dengan potongan tangan itu, kakek sampai bergulingan dilantai.
Nafasku masih tersengal tapi bagaimanapun aku harus bangkit dan menolong kakek, tak sengaja aku melihat jebakan tikus, aku buka kaitnya dan kakek memasukkan potongan tangan itu ke jebakan tikus dan berhasil, jemari tangan itu bergerak gerak sendiri tapi tak lama berubah jadi belatung sebesar nasi bergerak saling melompat menjijikkan, aku terpaku karena rasa takut dan heran.
Hal gila terjadi di depanku hal tak masuk akal itu kini terlihat oleh mata kepalaku sendiri, kakek dengan sigap mengambil korek api dan membakarnya diiringi bacaan Al Fatihah.
Belatung itu terbakar tapi tak berbau dan tak berbekas, menghilang tanpa ada sisa.
"Kek itu apaan tadi?" Tanyaku
"Itu tangan orang yang meninggal penasaran."
"Aku tadi terlibat kecelakaan beruntun Kek, oh iya aku melindas potongan tangan saat menghindari tabrakan itu."
"Itulah Arman gunanya kamu membaca doa disetiap hendak melakukan apapun." Kata kakek.
"Yasudah sekarang kamu makan dulu, batu sampai kan? Terus baru tidur jangan bicarakan ini pada orang lain disini, ingat ya." Kata kakek dan aku hanya bisa mengangguk dan masih merasakan kengerian yang tak pernah aku tahu rasanya hingga karena kejadian ini, betul... Aku merasakan takut yang luar biasa.
Akhirnya semua aman tanpa adanya teror sepotong tangan korban kecelakaan beruntun.
_tammat_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar