Notification

×

Kategori Berita

Cari Cerita

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Entri yang Diunggulkan

DIJADIKAN TUMBAL PESUGIHAN

  Kang Asep Hidayat DIJADIKAN TUMBAL PESUGIHAN By. Kang Asep Hidayat Assalamualaikum, salam sejahtera buat sahabat kang Asep Hidayat semua ...

Indeks Berita

Iklan

Disembunyikan Genderuwo

Kamis, 12 November 2020 | November 12, 2020 WIB Last Updated 2020-11-12T13:49:19Z

 

 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
Disembunyikan Genderuwo
     Kisah nyata, nama disamarkan
Adalah Suripto, lelaki 37 tahun yang selalu menyangkal adanya mahkluk alam gaib. Termasuk genderuwo. Meski di desanya, salah satu desa kecil di Kediri, sedang hangat-hangatnya merebak isu soal genderuwo. Penghuni hutan bambu tepat di sebelah utara kali, sekitar 50 meter dari rumah Suripto.
Diketahui sudah ratusan tahun genderuwo hitam besar dengan mata menyala itu bersarang di sana. Namun baru beberapa tahun belakangan, si Genderuwo berulah. Entah anak-anak, lelaki, perempuan, orang dewasa, maupun ternak warga, selalu jadi sasaran keisengannya.
Beberapa warga sudah memperingatkan Suripto, kala lelaki itu hendak pergi ke kali sekitar pukul 18.35 wib. Namun keinginan buang hajatnya begitu mendesak. Perut mulasnya sudah ditahan sejak di masjid tadi.
Dengan tergesa Suripto berjalan. Suasana sekitar yang mulai gelap tak membuatnya takut. Ia lahir dan besar di desa itu. Hutan bambu adalah tempat bermainnya sejak kecil.
15 menit berjalan, lelaki itu mulai merasa aneh. Hanya jarak 50 meter saja, sudah selama ini melangkah tapi bahkan aliran sungainya saja belum terlihat.
Suripto mulai menyeka bulir keringat di keningnya. Kakinya terus berjalan. Di depan nampak seorang lelaki berjongkok di pinggir setapak. Sendirian.
Terselip sebatang rokok di sela jarinya. Sebenarnya tak jelas itu rokok atau bukan. Hanya terlihat asap mengepul dan bara merah di bagian ujungnya.
Suripto mendekati lelaki itu. "Nderek langkung, Kang. Saya mau ke kali kok perasaan ndak sampai-sampai dari tadi, ya."
"Hmm ...," Lelaki itu mendehem. Tanpa bicara dia berdiri, menoleh sebentar ke arah Suripto. Meminta untuk mengikutinya.
Suripto menurut. Ia mulai berjalan di belakang si lelaki. Tak lama mereka sampai di pinggir sungai. Si lelaki pergi tanpa menunggu ucapan terimakasih dari Suripto.
"Ah, nanti saja aku bilang terimakasihnya. Paling juga besok ketemu lagi. Yang penting buang hajat dulu saja," gumam Suripto sambil menurunkan celana dan mulai mengeluarkan isi perutnya.
Saat hendak membasuh, keanehan mulai terjadi. "Loh, kemana sungai tadi? Aku di mana ini?" Suripto celingukan. Sungai yang tadi dilihatnya menghilang. Berganti dengan rerimbunan pohon bambu berduri yang dikenal warga desa sebagai pring ori.
Terasa nyeri saat lelaki itu hendak bergerak. Ternyata ia benar-benar ada di tengah sekumpulan pring ori. Tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakkan. Bahkan untuk menoleh saja tidak bisa. Suripto berteriak sekencangnya. Berharap ada yang datang membantu.
30 menit menunggu, akhirnya ada warga yang lewat. Warga itu lantas secepatnya berlari pulang untuk mencari bantuan setelah melihat Suripto tersangkut di antara rerimbunan pring ori.
Hampir tiga jam lamanya warga mengevakuasi Suripto. Jelas sulit sekali karena penuh dengan bambu berduri. Beberapa batang bambu harus ditebang, sebelum akhirnya Suripto berhasil dikeluarkan dari sana.
"Kamu ini piye to, kok bisa masuk ke sana? Ngeluarin kamu ini susah banget," ujar salah satu sesepuh desa, sungguh tak habis pikir. "Mulakno, kalau dibilangin jangan pergi ke kali lewat maghrib itu mbok ya didengar. Jangan ngeyel."
Suripto hanya garuk-garuk kepala. Bingung dengan apa yang baru saja menimpanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Cerita Terbaru Update