Notification

×

Kategori Berita

Cari Cerita

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Entri yang Diunggulkan

DIJADIKAN TUMBAL PESUGIHAN

  Kang Asep Hidayat DIJADIKAN TUMBAL PESUGIHAN By. Kang Asep Hidayat Assalamualaikum, salam sejahtera buat sahabat kang Asep Hidayat semua ...

Indeks Berita

Iklan

Bus hantu

Jumat, 13 November 2020 | November 13, 2020 WIB Last Updated 2020-11-13T00:17:53Z

 

 

 


 

 

 Bis hantu

Kulirik jam di pergelangan tangan kananku. Sudah pukul delapan malam. Angkutan berwarna kuning, satu-satunya alat transportasi di desaku, baru saja berlalu. 10

Terminal kecil di kota kecamatan itu sudah terlihat sepi. Hanya satu dua pedagang yang masih membuka warungnya. Ku ayunkan langkah menuju bangku panjang tempat menunggu bis. Kurapatkan jaketku, udara malam ini sangat dingin.

Sudah kebiasaanku kembali ke tempat kostku di Solo pada malam hari. Dengan begitu, aku bisa tiba di kota itu pagi-pagi sekali. Kebiasaan ini kulakukan sejak tiga tahun lalu, semenjak aku diterima di universitas paling bergengsi di kota itu. 2

Perjalanan dari Wates, kota kecil di barat kota Yogyakarta ke Solo, membutuhkan waktu empat jam. Bis langgananku berangkat pukul 10.00 malam, jadi, aku tiba di Solo pukul 02.00 dini hari. Bila tiba di terminal Tirtonadi, aku pasti mampir di warungnya Pak Min, warung itu terkenal dengan nasi bungkus dan kopi pahitnya. 3

Menunggu selama dua jam, tanpa ada teman ngobrol di terminal, membuatku ngantuk, kutempelkan kepalaku di kursi. Ransel ku dekap untuk mengusir hawa yang kurasakan semakin dingin.

"Mas ..., Mas ... Solo ..., Mas?"

Tanya seseorang sambil menepuk bahuku. Kubuka mataku dengan cepat. 3

"Ya !" Jawabku singkat.
"Tuh, bisnya mau berangkat !"

Dia menunjuk bis berwarna hijau pupus. Aku mengikuti langkah orang itu. Kumasuki bis sambil memperhatikan keadaan sekitar. Penumpang bis sedikit. Semua tidur, kuambil tempat duduk yang kosong di barisan keempat.

Tak lama kemudian, bis bergerak perlahan. Rasa kantuk kembali mengusap-usap mataku. Aku tertidur lagi. 3

"Mas, ongkosnya !"

Suara kondektur membangunkanku. Aku merogoh uang di saku celana. Kuambil sepuluh ribuan. Kusodorkan pada kondektur.

"Kembalinya, Mas, " kata kondektur menyerahkan kembalian. Tanpa ku hitung, uang itu langsung kumasukan ke dalam saku celana. Akupun kembali tertidur.

"Solo ... , Solo !" Teriakan kondektur membangunkan tidurku. Aku mengerjap-ngerjapkan mata dan bersiap-siap untuk turun.

"Kiri, Mas. Ngga usah masuk terminal, " kataku.

Kondektur mengetuk kaca jendela dengan uang logaman sebagai tanda pada sopir agar berhenti. Aku langsung melompat turun. Sepanjang jalan, perutku berbunyi, pertanda harus diisi.

Dari rumah, aku memang sengaja tidak makan. Aku ingin makan di warung Pak Min. Hm ... , rasanya bau nasi bungkus Pak Min sudah menusuk-nusuk hidungku.

"Malam, Pak Min, " sapaku pada laki-laki tua yang tengah menata dagangannya. Pak Min menoleh sambil tersenyum ke arahku.

"Malam, nak Anggar. Kok, jam begini sudah sampai ... ?" Tanyanya.

"Lho, biasanya memang jam segini. Pak Min saja yang terlalu cepat membuka warung," kataku sambil menarik kursi.

"Ini 'kan baru pukul duabelas malam. Dari Wates agak siangan, ya ... ?" Tanyanya lagi.

"Ah, engga. Dari terminal Wates pukul sepuluh," lanjutku. Pak Min mengerutkan kening dia tampak bingung.

"Tadi naik bis apa ... ?" Tanya Pak Min sambil menyiapkan nasi bungkus untukku.

"Kalo tidak salah, bis Beringin, Pak !" Sahutku cepat.

"Bis yang warnanya hijau pupus ...?" Tegas Pak Min.

"Loh, kok, Pak Min tau ? " aku mengernyitkan dahi .

"Nak Anggar baru saja naik bis hantu !" Katanya mengagetkan aku.

"Bis itu kecelakaan pada tahun 1985. Banyak orang yang terkecoh naik bis itu. Kita merasa seolah-olah naik bis sungguhan," lanjutnya.

"Tapi, anehnya, kok, bis itu bisa sampai Wates, ya ... ?" Tanyaku dengan tatapan kosong.

Aku merogoh kantong celanaku. Tujuh lembar ribuan lusuh yang sudah ditarik pemerintah ada di tanganku. Mataku melotot. Mulutku ternganga.

Saat aku mengangkat wajah, kulihat Pak Min berserta warungnya sudah tidak ada. Aku celingukan. Semuanya gelap. Lampu-lampu terminal juga tidak terlihat. Dadaku berdebar kencang. Sebelum keadaan bertambah parah, bergegas kutinggalkan tempat itu.

Keesokan paginya, aku terkejut ternyata kejadian tadi malam tersebut aku mendapatkan diriku berada di tengah-tengah makam orang-orang yang mengalami kecelakaan di bis itu !!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Cerita Terbaru Update