Notification

×

Kategori Berita

Cari Cerita

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Entri yang Diunggulkan

DIJADIKAN TUMBAL PESUGIHAN

  Kang Asep Hidayat DIJADIKAN TUMBAL PESUGIHAN By. Kang Asep Hidayat Assalamualaikum, salam sejahtera buat sahabat kang Asep Hidayat semua ...

Indeks Berita

Iklan

TUMBAL PESUGIHAN KAKAK KANDUNG

Senin, 19 Oktober 2020 | Oktober 19, 2020 WIB Last Updated 2020-11-04T08:21:19Z
Oleh : Tyas Nitinegoro

· TUMBAL PESUGIHAN 

 

#tumbal #tumbalpesugihan 

 

 

 

Karena, alamarhum ayahku adalah tumbal pesugihan kakak kandungnya sendiri. Ada suatu Hal yang tentu tidak disukai keluarga ayahku, hingga pernikahan mereka hanya bertahan sampai usiaku 3th. 

 

Kakak ayahku ini adalah budeku. Ajaibnya budeku mempunyai dua suami, dan kedua suaminya inipun tidak masalah akan hal itu. Dari kedua suaminya, anak mereka hanya 1 namanya Mas Agung, teman mainku. Kita terpisah karena ayah dan ibuku bercerai, aku ikut dengan kakek nenek dari ibuku. Aku sedih saat mendengar kabar Mas Agung meninggal dengan kondisi tak wajar, wajahnya hijau dan melotot. Mungkin saat meninggal dia seusia anak kelas 6SD.

 

 Time flies, saat aku duduk di bangku kelas 6SD aku mendapat kabar bahwa ayahku kecelakaan jatuh dari motor, dan karena ada penyakit gula beliau tidak bisa jalan. 

Aku bersama kakek dan nenek bertolak ke Jakarta untuk melihat kondisinya. Saat sudah di rumah, tiba-tiba bude datang menjenguk sambil membawakan makanan dalam rantang yang sepertinya sudah di siapkan untuk ayahku. 

 

“Permisi” ucap seseorang di balik pintu. “Iya sebentar” jawabku sambil berjalan ke arah pintu. “Ceklek” “Oh Bude Silahkan masuk” “Iya terimakasih, bapak dimana nin? Gimana kondisinya ?” Tanya budeku sembari melangkah masuk. 

“ itu Bude di kamar, alhamdulilah sudah membaik” “Syukurlah kalau begitu” jawab Bude “Mari Bude saya antar ke kamar ayah” “Iya nin, sekalian ini mau ngasih makanan buat bapakmu” jawab Bude sambil menenteng rantang di tangannya Sebelumnya aku sudah duluan masuk ke kamar ayah untuk memberitahu kalau Bude datang menjenguknya. “Yah, itu di cari Bude” “Suruh masuk aja nin” jawab ayahku Tak lama Bude pamit setelah ngobrol ngalor ngidul yang aku tak paham apa yang mereka bicarakan. “Oh iya geng ini aku bawakan makanan untukmu” ucap Bude sembari meletakkan rantang di meja sebelah kasur ayah. “

Malah repot repot mbak” jawab ayahku sungkan. “Enggak ngrepoti ,sama saudara sendiri juga kok” jawab Bude Setelah Bude meninggalkan rumah , aku langsung kembali ke kamar ayah untuk segera membereskan gelas dan menyiapkan makanan dari Bude untuk ayahku. 

 

Tapi ayah justru menyuruhku untuk membuang makanan yang ada dalam rantang itu. “Nin ! Jangan di makan, di buang saja itu makanan dari Bude !” Ucap ayahku dengan nada tegas. “Loh kenapa yah kok di buang ?” Jawabku heran “Pokoknya apapun itu yang di berikan oleh Bude kepada kita, JANGAN DI MAKAN, DI BUANG SAJA !” Jelas ayahku dengan nada sedikit lebih tinggi. “Bisa CELAKA kalau di makan!!” Imbuh ayahku lagi. 

 “Pokoknya apapun itu jangan di makan !” Pesan ayahku. Aku yang masih bingung dan tak mengerti ucapan ayah, akhirnya aku menurut apa katanya. 

 Setelah 1 tahun perawatan, kondisi bapak mulai membaik, sedikit demi sedikit beliau bisa berjalan. Kami melalui hari-hari kami dengan bahagia, tapi hanya sekejap karena kita memang tinggal terpisah. Bulan desember 2005 aku kelas 2SMP, aku menerima telpon dari Jakarta bahwa ayahku masuk rumah sakit lagi. Tapi masih belum diketahui penyakitnya. Aku bertolak dari Boyolali ke Jakarta. 

Di RS aku sangat terpukul melihat kondisi ayahku, saat perawat akan mengambil darah untuk sampel, yg keluar bukan cairan merah melainkan cairan bening dari tubuh ayahku. Gula darah, jantung dll semua normal. Aku bertanya-tanya apa yg terjadi dengan ayahku sebenarnya, kenapa bisa sampai seperti ini. Pikiran mulai kalut, bingung dan tak tahu harus bagaiman. 

Akhirnya ayahku di perbolehkan untuk pulang dan istirahat di rumah. 

Ternyata saat itu adik sepupuku minta menginap di rumah ayah di Kebagusan, tapi entah bagaimana ceritanya, mendadak jam 2 dinihari minta diantarkan pulang ke rumahnya di Mampang (bude juga di Mampang, tapi beda rumah) mau tidak mau ayah mengantarkan sepupuku itu pulang mengendarai motor. “Mbak, aku pingin pulang” ucap adik sepupuku mendadak. “Loh ini sudah lewat tengah malam lho, dini hari malah. kenapa enggak besok pagi saja ?” “Gak mau, pokoknya sekarang mau pulang, ayok mbak antar pulang “jawab dika merengek. 

Mbak gak berani, gak tau jalan, mbak tanya ayah dulu ya?” Sebenarnya aku tak tega membangunkan ayah dalam tidurnya, tapi dika adik sepupu sudah merengek minta pulang. 

Dengan berat hati, aku membangunkan ayahku. “Yah.. Yah.. bangun Yah” “Eh kenapa nin, kenapa belum tidur kamu ?”tanya ayahku “Itu Yah, dika bangunin Nina minta di antarkan pulang” “Ini jam berapa?” Tanya ayahku sembari melirik jam dinding yang ada di atas pintu kamarnya. “jam 2 pagi lho? Masih malam ini nin !” Imbuhnya. “Iya Yah, tadi sudah aku bilangin kalau besok aja pulangnya, tapi gak mau minta sekarang” “Ya sudah, dika suruh nunggu bentar, ayah siap siap dulu” ucap ayahku kemudian bangun dan bersiap.

 

 Setelah mengantar dika sampai ke rumahnya, di perjalanan pulang ayahku merasa ada yg memperhatikan dari balik jendela rumah bude.

 Dan "ctuk" seperti ada batu kecil mengenai lutut kiri ayahku. 

Sampai di rumah, ayah mengeluh kepanasan, dan kemudian mandi. “Yah, kok malam malam mandi ?” “Iya nin, ayah gerah kepingin mandi biar segar” jawab ayahku .

 Aku lihat raut wajah ayahku, pucat dan lemas. Tak lama setelah ayah selesai mandi, bukanya kelihatan segar malah menggigil kedinginan disertai dengan mulut ayahku jadi pelo (ngomongnya tidak jelas). “Nin ... nin... tolongin ayah nin !!” Ucap ayahku dengan suara yang kurang jelas. 

Aku yang sedang duduk di ruang tamu kemudian berlari karena mendengar ayah meminta tolong. “Astaghfirullah Yah, kenapa Yah kok jadi seperti itu!” Ayahku hanya menggeleng geleng kepala dan badannya menggigil sekali, karena untuk menjawab saja sudah susah. 

Kemudian aku segera meminta pertolongan kepada tetangga sekitar agar segera di beri pertolongan pertama. 

 

Akhirnya tetangga-tetangga membantu dengan membacakan surah yassin. Ada satu remaja wanita dalam pengajian itu bisa melihat, bahwa ayahku seperti sedang di kejar oleh makhluk tinggi besa.

 Aku yang di kasih tau itu begitu kaget dan takut. “Mbak..mbak sini aku mau ngobrol penting!” Ucap remaja wanita yang aku tak tau namanya. 

“Gimana mbak?” “Itu ayahmu sepertinya sedang di ganggu oleh makhluk besar tapi warna tubuhnya semua Ijo, buto Ijo itu mbak!” Jawabnya Sontak aku kaget mendengar penjelasan remaja wanita di sampingku ini.

 Antara percaya dan tidak tapi aku bisa merasakan kalau ayahku sepertinya memang sedang di guna guna. Karena ayah tidak sadar juga, tetangga memutuskan untuk membawa ke RS menggunakan mobil.

 Tiba tiba terdengar suara salah satu warga menyebut “Allahhuakbar”, sontak semua mata teralihkan ke arah ayahku yang sedang di gendong. Anehnya tubuh ayahku tidak muat masuk ke dalam mobil. Semua warga yang ada di situ terlihat kebingungan. 

Kemudian Salah satu ustadz memberikan aba aba untuk membacakan ayat suci Al Qur'an dan akhirnya tubuh ayahku bisa masuk ke dalam mobil.

 Saat ayahku dirawat di RS, suami ke2 bude (ayah mendian Mas Agung) rajin sekali membantu ayah sendirian. Beliau baik sekali. 

Terlihat sekali beliau tulus dan sayang kepada ayah, layaknya adik sendiri. Tapi tidak lama setelah itu, aku dan ayah dikejutkan oleh kabar bahwa suami ke2 bude meninggal dengan kondisi tak wajar. Lagi - lagi meninggal dengan Wajah hijau, mata melotot, dan lidah menjulur seperti habis dicekik terduduk di kursi. Aku dan ayahku sedih sekali mengingat betapa baiknya beliau mengurusi ayah saat di RS. 

Selang beberapa waktu, bude datang menjenguk bersama suami pertamanya membawakan makanan.

 Dan seperti biasa, setelah mereka berpamitan bapak membuang makanannya. 

Tak lama aku kembali berpisah karena aku harus kembali sekolah. Aku tak menyangka itu adalah saat terakhir aku bertemu dengan ayahku dalam kondisi hidup. *** Aku sedikit mendengar kabar pilu tentang suami Bude yang ke dua, waktu beliau merawat ayahku di RS, secara medis ayahku sehat sehat saja. Kemudian suami Bude mencoba untuk memanggil orang pintar untuk datang ke RS. 

 

Ternyata apa yang di lihat oleh paranormal itu membuat aku tak menyangka, dengan adik kandungnya sendiri dia tega menumbalkan ayahku. 

Sakit hatiku, demi harta dia tega. 

 

Paranormal itu melihat bayangan Bude sedang berdiri di jendela RS sambil mengalungkan ular di lehernya. mungkin karena merasa terganggu atau ikut campur, suami ke dua bude meninggal secara tidak wajar tak lama setelah membawa paranormal ke rs. 

Terduduk di kursi, lidah menjulur mata melotot dan wajah hijau. 

Sama seperti kondisi mendiang mas agung yg sudah meninggal lebih dulu. *** Bulan Februari 2006 aku menerima telpon dari Jakarta, ayah dibawa ke ponpes di daerah kuningan Jawa barat, beliau harus dirukyah karena ini bukan hal yang bisa disembuhkan secara medis. 

Dan aku tidak bisa menghubungi ayahku, tidak dapat menjenguk juga karena tempatnya yang tidak terjangkau. Perpisahan orang tua memang tidak mengenakkan, hanya aku yg benar-benar khawatir sendirian, yang lainnya hanya turut prihatin. Tapi apa yg bisa dilakukan anak seusia aku saat itu. Belum ada smartphone dan angkutan yang mumpuni untuk memaksakan diri menemui ayahku. 

 

Akhirnya pada bulan Maret tahun 2006, aku menerima kenyataan bahwa aku menjadi seorang yatim. Jenazah ayahku dibawa ke Solo dan dimakamkan di sana, aku tak bisa berontak karena itu keputusan keluarga besarnya. Saat dipakaikan baju semua sempit, sampai akhirnya pendeta yang datang menggunting baju ayahku agar bisa masuk ke badannya. 

Di bawah peti ditaruh 2 ember besar, untuk menadahi cairan nanah yang keluar dari tubuh ayahku. Melihat kondisinya yang demikian aku hanya bisa menangis. 

Tapi saat itu yang aku rasakan ayah seperti masih hidup, karena aku melihat matanya menatap sayu ke arahku seolah berkata "Anakku sudah datang" Aku bacakan surah surah pendek AlQur'an, tak lama mata ayahku terpejam dan kondisi jasadnya membaik.

 Tubuh yang tadinya membengkak berangsur normal, cairan yang mengucur dari dalam tubuhnya berhenti. 

Aku menangis dalam hati saat peti ayah mulai dipaku, saat itulah saat terakhir aku melihat beliau.

 Dan setelah kepergiannya, tak ada satupun keluarga dari pihak ayah mencari ataupun menghubungiku. Padahal aku adalah anak satu-satunya. Sampai saat ini aku sudah berkeluarga, aku sama sekali tidak mau datang dan menemui keluarga ayahku. untuk pesugihan apa aku kurang tau, karena aku tidak dekat dengan keluarga ayahku. 

 

yang aku tau dibanding saudaranya yg lain, bude ini yg paling berada secara ekonomi...tapi pelit. Sepertinya hal ini sudah jadi rahasia umum bagi keluarga ayah, Meskipun ada bukti ada saksi, ga bisa dilaporin ke polisi karena bukan ranah nya kepolisian untuk ilmu hitam seperti itu. 

 

Tamat.

 

 Terimakasih sudah mau meluangkan waktunya untuk membaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Cerita Terbaru Update