Oleh : Tati
·
TUMBAL PEKARANGAN
kisah nyata ini aku alami saat masih kecil di tanah kelahiran ayahku,
Solo 1981...
Pagi itu,tepat nya hari kamis....
Aku yang masih belum cukup umur untuk masuk sekolah dasar( seingatku belum ada TK di desaku tinggal) di bawa bibiku sekolah.
Betapa senang nya,karena setiap aku ikut sekolah,aku akan mendapat uang saku sebesar 10 rupiah dari nenek.
Uang itu aku gunakan untuk beli pecel bertabur kerupuk merah,cendol dawet dengan campuran santan kelapa dan gula jawa,
sisa nya aku belikan oleh oleh berupa gulali untuk adik perempuanku yang baru belajar berjalan.
Ketika pulang sekolah,aku akan menemui adik kecilku,menemani nya bermain,lalu bercerita tentang kegiatanku di sekolah pada ibu.
Kemudian pada sore hari nya, aku akan kembali ke rumah nenek,dan menginap di sana.
Pukul lima sore,aku hendak kembali ke rumah nenek.Di tengah perjalanan pulang,aku bertemu dengan teman mainku,sebut saja Murni.
Murni hendak ke warung di suruh ibu nya membeli garam.
Karena kami searah,maka aku dan Murni berjalan berbarengan.
Sambil mengobrol,tak terasa warung tujuan Murni sudah di depan mata.
Tiba tiba,aku melihat uang logam 50perak tergeletak di tanah,tepat di bawa kaki Murni.
"Horeee...aku nemu uang" aku bersorak kegirangan,sambil hendak memungut uang tersebut.
"Eehhh...enak saja kamu,uang ini milikku,
lihat lah uang ini tepat di kakiku" sambil mendorong tubuh kurusku yang berusaha mengambil uang tadi.
Tentu saja aku tidak mau kalah,karena aku merasa aku lah yang melihat pertama kali.
Terjadi perdebatan antara aku dan Murni.
Ibu pemilik warung yang melihat Murni sedang mendorong tubuhku,mendekat.
"Uang nya di bagi dua ya....." kata si ibu.
"Tidak.....!ini uangku...!" Jawab Murni tegas.
Aku kalah dan pulang ke rumah nenek sambil menangis.
Dan mengadukan kelakuan Murni ke nenek serta bibiku.
"Ini nenek kasih ganti nya" beliau memberiku 5perak sebagai ganti.
Aku pun diam,lalu bibiku mengantar ku beli jajan.
Aku fikir uang 50perak bisa aku pakai jajan di sekolah selama lima hari.
Ternyata sudah di ambil Murni.
Pagi pagi buta,,,,,
"Hari ini tidak usah bawa adikmu sekolah,Emak mau layat"
Ku dengar suara nenekku di dapur bersama bibiku.
"Siapa yang ninggal Emak?"Tanya bibiku.
"Murni,anak pak Mislan,semalam tiba tiba masuk angin,lalu ninggal dengan tubuh membiru" Jawab nenek.
"Seperti nya Murni sudah di jadikan tumbal ke tujuh warung nya pak Sarto ya Mak" kata bibiku setengan berbisik.
Namun bisikan bibi terdengar olehku dari bilik kamar bambu,yang bersebelahan dengan dapur.
Ku dengar nama Murni,seketika aku bangkit dari dipan bambu tempat tidurku.
"Apa? Murni temanku ya nek?"
"Hussttt, jangan keras keras" Jawab bibiku sambil menyekap mulut kecilku.
Untung kemaren bukan kamu yang ngambil uang 50 perak nya" kata nenek sambil melihatku,seraya menyodorkan air tajin untuk sarapan ku.
(Air tajin: air hasil didihan beras yang sedang di masak)
"Jangan lupa olesi bawang merah adik mu,kalian berdua jangan keluar rumah"
kata nenek ke bibiku.
"Di rumah saja,jangan kemana mana" pesan nenek ke aku yang merengek mau ikut.
Lalu nenek berangkat melayat,meskipun
hari masih pagi.
Murni meninggal tiba tiba.
Di jadikan tumbal pekarangan dan pesugihan keluarga kaya pak Sarto,pemilik warung manisan,dan juragan sapi.
Jodoh,Maut,Rezeki memang sudah di ataur Tuhan.
Aku menangis karena mengalah demi uang 50 perak yang sengaja di letakkan pak Sarto untuk menjerat mangsa nya.
Namun Murni harus kehilangan nyawa untuk keserakahan pak Sarto.
SEKIAN
Iklan
Tag Terpopuler
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar