Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sebelumnya ijinkan saya berbagi cerita kisah nyata saya saat pendakian GEDE-PANGRANGO
(Dimohon baca sampai akhir biar enggak gagal paham)
Gue kasih judul pendakian ini
*KEMALANGAN NASIB PENDAKI ILEGAL*
Karena pendakian waktu itu ditutup sementara sejak bulan April.
Kamis, 28 MEI 2020 bertepat dengan malam jumat sekitar pukul 11.30 malam gua beserta ke 5 temen temen gua -Firman -Dafi -Sahdu -Ardan -Haidir telah mempersiapkan keberangkatan pendakian. Segala perlengkapan semua telah tersusun rapih di dalam carrier dan daypack. Hanya 1 yang terlupakan waktu itu jas hujan. Haidir lupa membawa jas hujan waktu itu.
Jumat pagi sekitar pukul 00.50 kami ber 6 telah sampai di BC (basecamp) Cibodas. Tak butuh waktu lama, sesampai di BC kami istirahat sejenak, ada sebagian tidur dulu agar fit saat di track untuk lanjut pendakian pukul 04.30 mengingat waktu itu pendakian sedang ditutup agar bisa melewati pos pemeriksaan sebelum matahari terbit.
Pukul 4 pagi lebih sedikit yang masih gelap dengan cuaca yang ekstra dingin trsbt kami memulai perjalanan dengan mengendap endap melewati pos pemeriksaan. Baru beberapa ratus meter perjalanan menuju pos 1 teman gue Haidir sudah tidak kuat melanjutkan perjalanan, karena tidak tidur dulu sblmnya. Temen gue Firman langsung ambil pertolongan pertama dengan memberi air mineral,makanan serta obat obatan agar Haidir fit kembali.
Setelah semua di makan dan diminum Haidir masih sama lemas, alhasil carier yang dia pakai gue bawa dan daypack yang waktu itu gua kenakan di tempel di atas carier nya Firman, jadi saat itu firman bawa 1 carrier 1 daypack di punggungnya. Sekitar pukul 06.00 pagi kami sudah sampai di pos 1 (Telaga Biru) kami break sebentar untuk mengambil air karena waktu itu kami tidak membawa air samasekali dari BC. karena jalur Cibodas sepanjang jalur air nya melimpah.
Saat itu hal yang aneh terjadi, tiba tiba pintu pos 1 (Telaga Biru) berbunyi sangat keras seperti ada yang memukul (BREG,BREEG,BREEEGGGG,BREGGGG. pukulan tersebut sekitar 4x saat itu anehnya gue doang yang dengar. Makanya gue saranin temen gue semuanya buat lanjut jalan saja.
Lanjut di perjalanan tepat di shelter Rawa Denok 2 gue bertemu sama rombongan asal Bekasi sedang beristirahat. Gue lanjut jalan terus sampai akhirnya sampai di shelter Air Panas dan selanjutnya istirahat sejenak karena langkah Haidir udah tambah lemas waktu itu kami sampai di shelter Air Panas sekitar hampir jam 2 siang. Jam 3 sore kami langsung packing dan segera lanjut jalan Hingga Pos Kandang Badak, karena hari sudah mulai gelap ditambah hujan rintik kami tidak ingin bertemu magrib masih dijalur.
Pukul 5 sore kami sampai di Pos Kandang Badak hanya ada 2 tenda saja yang berdiri berisi 7 orang berasal dari Cibinong. langsung saja kami mendirikan 2 tenda yang 1 tenda berisi 3 orang, gue,firman,ardan 1 tenda. Sahdu,dafi,Haidir 1 tenda. Selesai tenda terpasang, kami langsung memasak makanan untuk dimakan malam hari itu.
Makan sudah, ngopi sudah, ngerokok kayanya udah berbatang batang kini akhirnya kita semua masuk ke tenda masing masing. Malam itu hal aneh terjadi hanya saja Haidir yang merasakan waktu itu, ia merasa seperti ada suara keramaian diluar tenda. Padahal, waktu itu hanya ada tenda kami, orang Cibinong dan Bekasi saja. Mereka semua sudah masuk tenda masing masing sebelum kami masuk tenda.
Aneh kan?
Esoknya kami bangun terlalu siang hampir jam 7 pagi padahal estimasi kita summit jam 4 subuhan. Akhirnya kami masak sedikit makanan agar stamina fit kembali. Setelah kami makan langsung saja kami packing secukupnya, nesting,kompor beberapa kopi, mie dan brberapa cemilan. Gaketinggalan jga rokok hehe.
Hampir setengah jam di perjalanan tepat dibawah tanjakan setan, Haidir hampir pingsan, badan lemas, gemetar. Kami semua sempat ribut pendapat waktu itu antara balik ke kandang badak alias gagal summit. Haidir merengek minta balik ke tenda, tapi Dafi, firman dan sahdu kekeuh ingin summit. Cekcok terjadi antara keegoisan masing² termasuk gue. Ardan ambil sikap dewasa "oke, gua anter Haidir turun dulu ke tenda. Kalian tunggu disini kita lanjut summit.!" Disini hampir ribut besar terjadi karena sahdu kesal dengan Haidir yang sok pengen bgt ikut summit padahal keadaan sdng drop.
Haidir turun diantar Ardan, gue berempat tunggu di dkt jembatan setan. Ke keselan kami saat itu sangat memuncak akan Haidir. Keegoisan gue tidak berfikir panjang karena ga mikirin bagaimana kalo Ardan setelah anter Haidir balik lagi ke atas sendiri kesasar apa enggak. Setelah hampir 1 jam kami menunggu Ardan pun tiba. Kami pun melanjutkan perjalanan summit.
Tepat pukul jam 11 lewat kami sampai di puncak Gede. Tidak lama lama dipuncak kami pun langsung turun menuju alun alun Surya kencana, di depan jalur setapak yang biasa jalur pendaki dari puncak menuju alun alun dan sebaliknya tertutup rumput yang sangat tinggi. Mungkin karena tidak ada orang yang menjamah semenjak pendakian ditutup akibat covid-19. Hingga akhirnya kami membabat rumput yang tinggi menghalangi jalan kami menuju alun alun, jalan itu nyaris tertutup tak terlihat sama sekali sblmnya.
Sesampai disana kami di sodorkan dengan pesona alun alun yang sangaaaaattttt indah, bersih. Bagaimana tidak? Kali ini kami dapat melihat alun alun Surya kencana dengan luas jauh mata memandang tanpa ada tenda 1 pun. Gue langsung turun ke air untuk mengambil air membuat kopi. Disitu gue nemuin sepasang sepatu Converse tas ransel anak beserta bivak. Gue bertanya tanya dong sama teman yang lain. "Wah disini ada orang coy kayanya, gue ngeri polhut gimana ini? Mau langsung aja kita cabut dari pada ketahuan. Kita ini kan pendaki ilegal.!" Ujar gue. "Santai saja, kalo ada polhut kita lawan aja." Jawab Dafi sambil tertawa renyah.
Tak lama berselang percakapan trsbt, dari kejauhan sebelah barat muncul seorang lelaki kurus kecil dari kejauhan. Iya mengumpat saat melihat kami, sebaliknya kami lari kocar kacir melihat dia seorang diri. Tanpa pikir panjang dan tak terasa kami sampai di puncak gede. "Kalo emang dia polhut dia kenapa kabur ketemu kita? Mungkin dia Petapa dari arah goa" ucap sahdu. "Nah betul itu, bisa jadi." Jawab Dafi.
Setelah asik berfoto di puncak gede, pukul 1 siang kami kembali ke tenda hingga sampai di kandang badak pukul setengah 3 sore. Kami santai sejenak, masak makanan sblm perjalanan pulang, dan berbagi cerita masing masing.
"Wa...wa..waktu kalian sum..summit, gu...gu..gua kan ti..tidur ma..masa gua mimpi keketemu nenek nenek, gu..gua disuru ba...ba..bangun. pas gu..gua bangun ti..tiba tiba kabut tu..turun. gu..gua langsung a..aja sleting tenda. Ga..galama set..setelah itu gu..guaa denger ka.. kaya a..ada yang lari larian Ra..rame banget. Gu..gua langsung ba..baca solawat aja. Alhamdulillah su..suara itu ilang". Ucap Haidir dengan logat cadel nya. Kami berlima tidak menghiraukan ucapan Haidir kami berlima Haidir ini halu saja.
Akhirnya kami beres beres pulang, sampai akhir nya semua tersusun rapih kami hendak turun pukul 4 sore kurang. Dan Alhamdulillah Haidir telah kembali fit dan dapat membawa cariernya sendiri untuk pulang. Sesampai di Pos shelter Air Panas pukul 5 sore ditambah hujan rintik. Semua memakai jas hujan kecuali Haidir, ia lupa membawa dari rumah.
Setelah selesai kami langsung menuju turun pada pukul sblm jam setengah 6 sore dari shelter Air Panas. Tiba tiba saat dekat dengan shelter Batu kukus 2 Ardan jatuh dan tergelincir. Petanda apa ini yaallah? Pikir gue. Karena shelter sudah terlihat sejak Ardan tergelincir kami pun menuju shelter tersebut untuk istirahat dan menunggu magrib selesai.
Deeennggggggg. Tibatiba alam yang terang menjadi sangat gelap. Pikiran yang biasa saja tiba tiba kacau. Perasaan yang tenang tiba tiba ketakutan. Saat melihat karung yang tersusun rapih di shelter Batu kukus 2 tersebut. Bayangkan saja, ketika kami semua di atas lalu siapa lagi orang yang naik setelah nya setelah kami? Orang bekasi yang kami lewati saat perjalanan berangkat sblmnya? Bayangkan saja buat pendaki membawa karung? Apalagi ini ada 2 ukurannya sangat besar sekali. Tiba tiba firman berkata "dir, lu ga bawa jas Ujan mah pake aja ini karung".. duuuhhhhh dasar lidah tak bertulang ada ada aja si firman bilang begitu. Sahdu pun seketika firman karena sompral ucapannya.
Tak tunggu waktu lama tiba tiba ada sosok bayangan hitam lewat dedapan kami ber 6, kami semua merasakan. Dafi melihat sosok putih dibalik pohon di belakang shelter tersebut. Banyak suara tidak jelas terdengar dari kejauhan. Dari atas kejauhan kami semua melihat seperti ada lampu headlamp atau senter yang digunakan pendaki, kami semua pikir semua itu adalah pendaki yang sedang turun. Ternyata salah. Itu adalah kunang kunang yang tiba tiba muncul tepat di hadapan kami semua. Bayanga bayangan hitam muncul beberapa kali sosok putih makin bertambah. Kami semua makin ketakutan hingga masing masing dari kami membaca solawat, dan doa pertolongan kepada Tuhan.
Sudah dirasa tenang kami melanjutkan perjalanan dengan selalu bersholawat, rasanya bertemu makhluk sosok rupa rupatersebut di bawah, atas, sebelah kita sudah tidak aneh saat perjalan turun tersebut. setelah bertemu pos batu kukus 1 perjalanan kami mulai aga tenang, sosok makhluk aneh aneh trsbt sudah mulai tidak terlalu menampakan. Tiba di shelter pertigaan yang mau ke air terjun jalan tertutup tali oleh petugas hutan kali. Dafi yang paling depan berhasil melewati, tiba tiba sahdu yang jaraknya sekitar 10meter di depan gue hampir jatoh karena dia merasa ada yang mendorong badannya. Dan fitnah itu sampai kepada gue, jelas jelas gua di belakang dia lumayan jauh mana sampe ngedorong, apalagi situasi malam itu sedang tidak baik.baik aja mana berani gua jail. Gila kali ya.
"Waktu sudah berjalan lama kok baru sampai sini kita?" Ucap Dafi. "Eling ,eling, eling, istighfar jangan lupa solawat sama minta doa biar selamat sampe turun dan rumah masing masing Jawab gue. Hingga akhirnya kita semua sampai di pos 1 Telaga Biru walau diperjalanan sampai situ sangat lah menyeramkan karena hanya jarak beberapa meter saja semua terlihat jelas nampak para makhluk halus. Sesampai disana kami coba untuk istirahat mengambil air di telaga trsbt untuk melepas haus hehe.
Raungan orang memanggil dari kejauhan terdengar oleh telinga gue sendiri, suara burung hantu tiba tiba berbunyi sampai pada akhirnya ada sosok yang tertawa. Kami coba membuat situasi semakin tenang.
Tiba tiba
Bruugggggg
Braagggggg
Bruugggggg
Braagggggg dari dalam pos shelter telaga biru tersbut terjadi kekacauan hingga akhirnya kami semua jalan cepat seperti berlari.
Solawat dan doa tidak lagi dalam hati melainkan terdengar oleh 1 sama lain saking ketakutan. Setelah bbrapa ratus meter dari shelter telaga biru suara mulai tidak terdengar kembali dan sosok trsbt tidak muncul lgi hingga pos pemeriksaan dengan kembali mengendap endap.
Alhamdulillah kami semua selamat hingga rumah masing².
.
Bogor, 02-Juni-2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar