Author: Masky
Judul: Alam Hampa
Genre: Psichological dan Supernatural
Jumkat: 1.035 Kata
Kedua orang tuaku sudah meninggal dalam kecelakaan mobil 10 tahun yang lalu, hanya aku yang berhasil selamat dari kecelakaan itu, saat itu aku berusia Lima tahun. Aku masih mengingat sedikit kejadian 10 tahun lalu itu, di jalan yang lurus ayah menyalip salah satu mobil, yang melaju lambat di depan kami. Tapi tiba-tiba tanpa sepengetahuan ayah, mobil truck yang berukuran cukup besar datang dengan cepat. Ayah tidak bisa menghindari truck besar itu, terjadilah tabrakan yang menewaskan kedua orang tuaku.
Masih terekam jelas detik-detik kejadian itu di ingatanku, Ayah dan Ibu terlindas truck, mobil yang di kendarai Ibu dan Ayah hancur tak berbentuk. Tapi keajaiban datang kepadaku aku terpental ke luar melalui kaca belakang mobil, terasa tubuhku terkena pecahan kaca, aku mengapung di udara sampai akhirnya terjatuh ke bahu jalan yang dipenuhi batu. Tubuh kecilku terus berguling-guling membentur bebatuan, semua bagian badanku terasa remuk, kepalaku berdarah, tangan, dan kaki patah.
Terlihat mobil yang di kendarai Ibu dan Ayah sudah sangat hancur karena bertabrakan dengan truck besar itu, "Ibuuu! ... Ayaaah!" lirih kecilku berteriak kencang. Air mata sudah membasahi pipiku, aku sudah tidak bisa berdiri lagi tubuhku sudah sangat sakit. Aku hanya bisa memanggil ibu dan ayah berharap mereka selamat dari kecelakaan itu, "Ibuuu! ... Ayaaah!" lirihku berharap mereka akan menjawab panggilanku, tapi tetap saja tidak ada jawaban.
Kesadaranku mulai menghilang karena darah yang terus keluar dari tubuh ini, 'Ibu ... Ayah! Tolong Mario' sampai akhirnya penghlihatanku menjadi gelap ... Saat aku terbangun entah berada dimana? yang jelas sejauh mata memandang hanya hamparan tempat berkabut putih, aku sangat takut sekali "Toloong! ... Toloong" suara kecilku menggema di tempat yang putih ini. Suara kecil ini memantul seperti sedang berbicara di dalam goa, suara itu seolah-olah kembali lagi kepadaku. Entah berapa kali aku berteriak meminta tolong tapi tidak ada yang menjawab.
Aku memutuskan berjalan entah harus kemana mulai melangkahkan kaki ini? Aku tidak tau arah, sejauh mata memandang hanya hamparan kabut putih yang kulihat. Tempat ini sangat hening dan sunyi, seperti tidak ada kehidupan, langkah kaki membawaku berjalan kedepan terus berjalan entah berapa lama aku berjalan? seolah tempat putih berkabut ini tidak memiliki ujung. Badan ini sudah sangat lelah, aku merasa aku hanya berputar-putar di tempat berkabut putih ini.
Aku beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaga yang terkuras, sepertinya ada yang aneh pada tubuh ini. Ternyata benar aku bertambah besar sejak berjalan tadi, kuperkirakan tubuh ini berumur 15 tahun, yang berarti itu umurku sekarang. Karena saat ini aku sedang menceritakan flash back 10 tahun yang lalu saat berumur Lima tahun, sebenarnya aku kaget dengan perubahan ini tapi aku sadar sedang berada di tempat aneh ini.
Aku meneruskan perjalananan yang tak tau ujungnya ini, dari kejauhan aku melihat gumpalan kabut yang pekat. Aku berjalan menuju kabut itu, "Perkenalkan saya, Misskey akan memandu perjalanan anda." Sapa Misskey. "Terima kasih" sambungku sedikit kaget karena gumpalan awan yang bernama Misskey itu bisa berbicara, "apa yang kamu ketahui tentang tempat berkabut putih ini? Tanyaku.
"Anda sedang berada di 'Alam Hampa' yaitu alam tempat berkumpulnya orang-orang yang sedang tidak sadar (koma), dan roh mereka akan berkumpul di sini." Papar Misskey. "Berkumpul? Tapi kenapa hanya aku di sini," sanggahku. "Di Alam Hampa, setiap orang dipisahkan di satu Alam hampa dan mereka harus menyelesaikan, sebuah misi agar mereka kembali ke dunia dan tersadar." Jawab Misskey, lalu memanduku berjalan. "Terimakasih Misskey sekarang, aku sedikit mengerti tentang Alam Hampa ini." sahutku.
Tiba-tiba Misskey berhenti, "Tugas Misskey sudah selesai ... Anda harus melewati Danau kehidupan ini." Ucapnya lalu memudar dan menghilang. Danau kehidupan? Airnya sangat putih seperti susu, air yang tenang seperti air di dalam gelas, dan dipenuhi kabut. Aku harus menyebrangi danau ini? Bagaimana bisa di sini tidak ada sampan atau perahu yang bisa membantuku menyebrangi Danau kehidupan ini, lalu aku berjalan di tepian berharap menemukan suatu benda yang bisa membantuku.
Dari kejauhan aku melihat sebuah pohon dengan daun seperti mangkuk yang sangat besar. Aku menuju pohon itu, tanpa pikir panjang aku mengambil satu daun dan kujadikan sebagai perahu, aku juga mengambil dahan pohon yang sudah kering untuk pendayung. Aku langsung naik kedaun yang seperti mangkuk itu dan langsung mendayungnya, daun ini seperti perahu ... Sudah cukup lama aku mendayung tapi tidak tau sudah sampai mana.
Karena yang kurasakan, aku tidak berpindah tempat mungkin saking luasnya Danau kehidupan ini. Aku berhenti sejenak dan melihat ke kiri, kanan, depan, dan belakang sepertinya aku sudah sampai di tengah Danau kehidupan ini, aku merasa aku sebuah titik kecil yang berada di danau yang sangat luas. Tiba-tiba air putih yang tenang ini mengeluarkan gelembung-gelembung yang lumayan besar, perahu daun mangkuk ini berguncang karena gelombang yang ditimbulkan gelembung itu.
Aku sangat panik, tidak ada yang bisa kulakukan selain berdo'a ... Aku memejamkan mata dan berdo'a sebisanya. Tiba-tiba aku merasakan ketenangan, gelombang yang tadi kurasakan berhenti? Tapi sepertinya bukan berhenti. Aku merasakan tubuh ini melayang, aku tidak bisa membuka mata, ... Lalu mataku terbuka aku tidak lagi berada di Danau kehidupan lagi. Terima kasih Tuhan engkau telah menolongku.
Sekarang aku berada di tempat yang sangat indah, 'Alam Hampa' yang di tumbuhi hamparan bunga yang berwarna-warni yang sangat harum. Dari kejauhan aku melihat Ibu dan Ayah memakai pakain serba putih, "Ayaah ... Ibuuu" ucapku tak terasa air mata keluar deras dari mataku. Aku berlari tapi seoalah-olah aku membawa beban yang sangat berat, dengan sedikit usaha akhirnya aku sampai di tempat Ibu dan Ayah, aku langsung memeluk mereka.
Saat aku memeluk Ibu dan Ayah, pelukan mereka sangat hangat sekali menyejukan hati ini lalu, tubuh mereka tiba-tiba memudar "Ibuuu ... Ayaaah! Panggilku, tapi tubuh mereka tetap menghilang dari penglihatanku, lalu aku membuka mata aku melihat Tante dan Pamanku sedang menangis, aku melihat ada beberapa selang oksigen dan infus yang terpasang di tubuhku. "Ibuuu ... Ayaaah, dimana?" tanyaku kepada Tante dan Paman, "Ma-Mario sudah sadar?" ucap Paman sambil berjalan ke arahku. "Ibu dan Ayahmu, sudah meninggal 7 hari yang lalu ... Mario koma selama 7 hari dan sekarang baru sadar" sambung Tante.
Aku tidak bisa menahan air mata ini, keluar sendirinya membasahi pipiku, dua hari kemudian dokter membolehkanku pulang. Aku langsung mengunjungi makam Ibu dan Ayah, aku langsung menaburkan bunga di makam mereka dan membacakan do'a agar Ibu dan Ayah tenang di alam sana.
***
Sekarang umurku 15 tahun, aku tinggal bersama Tanteku karena Tante hanya memiliki satu anak. Tante memperlakukanku sangat baik seperti dia mengurus anaknya sendiri, setiap satu bulan sekali aku selalu mengunjungi makam Ibu dan Ayah, dan mendo'akan mereka.
Tamat.
Pandeglang, 22 Oktober 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar