Genap seminggu Ayahku meninggal dunia karena penyakit kanker paru yang dideritanya. Rasa sedih karena kehilangan sekaligus lega karena ayahku tidak menderita lagi.
Hari itu aku beserta ibu dan adik-adikku mengunjungi makam ayahku yang terletak di sebuah pemakaman umum di kota Bandung.
Seperti pengunjung biasanya kami membersihkan makam dari rumput liar yang tampak mulai tumbuh dan menaburkan bunga-bunga.
Oh ya, sebelum aku lanjutkan. Perkenalkan namaku Andra. Aku seorang karyawan swasta yang kini menjadi tulang punggung keluarga.
Ketika sedang membersihkan makam ayahku, entah mengapa perasaanku mendadak jadi tidak enak.
Di
sekitarku tampak sangat sepi, padahal dekat sekali dengan permukiman
warga. “Ah namanya juga kuburan pasti sepi” gumamku dalam hati.
Tak
lama setelah itu aku mengalami migrain ringan di sebelah kiri,
“sepertinya aku telat makan jadi masuk angin” lagi-lagi aku coba untuk
berpikir positif.
Singkat cerita, aku dan keluargaku pulang ke rumah. Sesampai di rumah aku merasa sangat lelah tidak seperti biasanya.
Tanpa
mandi, makan siang atau ritual lainnya, aku pun segera berbaring di
atas tempat tidurku yang empuk namun sedikit bersuara reyot.
Kira-kira 20 menitan aku tertidur, tiba-tiba aku terbangun dengan sangat kaget.
Dengan sangat yakin aku merasa ada yang mencolek kakiku dan berkata “Hei!”.
Aku coba melihat di sekeliling kamarku siapa tahu itu ibu atau adikku yang membangunkanku untuk segera makan siang.
Tetapi tidak ada siapa-siapa selain diriku di kamar itu. Jendela dan pintu pun tertutup rapat.
“Mungkin aku tadi bermimpi” pikiran positif mendominasi di dalam otakku.
Aku coba untuk berbaring lagi sejenak. Baru saja aku menutup mata, tiba-tiba terdengar lagi suara itu, “Hei!”.
Reflek aku segera membuka mata dan menoleh ke arah sumber suara itu.
Seketika itu juga badanku terasa kaku dan sekujur tubuhku berkeringat dingin.
Jantungku meronta-ronta seperti berteriak ingin keluar dari rongga dadaku.
Wajahku pucat dan mulutku terkunci rapat. Mataku hanya bisa melotot terpaku pada sosok yang berdiri jelas di depanku.
Aku melihat sosok kakek-kakek tua dengan wajah hitam gosong berdiri tepat di depanku sambil menunjuk ke arahku.
Salah satu makanya mengeluarkan darah segar dan menetes ke lantai, “clak..clak..clak…”.
Aku memaksa mataku untuk terpejam, dan sesekali mulutku komat-kami membacakan doa-doa yang aku ingat.
Kira-kira 10 menit lamanya aku memejamkan mata sambil berkomat-kamit karena ketakutan.
Saat mencoba membuka mata, aku pun cukup tenang karena sosok tersebut telah menghilang.
Menurut ibuku setelah aku bercerita kejadian itu padanya, aku diikuti oleh hantu dari kuburan.
Ibuku
mengingatkanku kalau habis dari makam harus segera membersihkan diri
dengan mandi atau minimal membasuh wajah, tangan, dan kaki kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar